Saat senja sepulang kerja seorang suami melihat isterinya yang
tertidur pulas karena kelelahan bekerja seharian di rumah. Sang suami
mencium kening isterinya dan bertanya, ‘Bunda, pasti lelah sekali ya
sayang?’ Isterinya terbangun dan menjawab “iya maafkan aku Ayah…
sampai-sampai aku tidak bias menyambutmu saat pulang”Isterinya beranjak
dari tempat tidur mengambil piring yang tertutup, sore itu sang istri
memasak makanan kesukaan suaminya.
‘Sayang..coba lihat apa yang aku buat untukmu..’ Piring itu dibukanya, ada sepotong kepala ayam yang terhidang untuk dirinya.
Sang suami memakannya dengan lahap dan menghabiskan.
Isterinya
bertanya, ‘Ayah, kenapa suka makan kepala ayam padahal aku dan anak-anak
paling tidak suka makan kepala ayam.’
Suaminya menjawab, ‘Itulah
sebabnya karena kalian tidak suka maka ayah suka makan kepala ayam
supaya isteri dan anak-anakku mendapatkan bagian yang terenak.’
Mendengar jawaban sang suami, tiba tiba sang istri berderai air mata.
Jawaban itu menyentak kesadarannya yang paling dalam. Tidak pernah
terpikirkan olehnya ternyata sepotong kepala ayam begitu indahnya
sebagai wujud kasih sayang yang tulus kecintaan suami terhadap dirinya
dan anak-anak.
‘Terimakasih Ayah atas cinta dan kasih sayangmu selama
ini.’ ucap sang isteri.
Suaminya menjawab dengan senyuman, pertanda
kebahagiaan hadir didalam dirinya.
Kita seringkali mengabaikan sesuatu yang kecil yang dilakukan oleh sosok Ayah kita, namun memiliki makna yang begitu besar, di dalamnya terdapat kasih sayang, cinta, pengorbanan dan tanggungjawab.
Semoga cerita diatas kita bisa mengambil hikmah dengan mencintai
setulus hati ayah kita yang telah berkorban untuk anak dan isterinya.
0 Komentar